KHOTBAH JUMAT - MAKNA DARI SEBUAH DOA

Assalamualaikum wr. Wb. Selamat malam pada malam ini saya akan membagikan sebuah khotbah jumat yang saya buat dari rangkuman buku khotbah, khotbah yang saya ini membahas makna dari sebuah doa, ok langsung


Ada sebuah do'a yang sangat sering Rasul ucapkan dalam setiap saat dan kesempatan, terutama di saat beliau selesai melakukan shalat wajib, bahkan do'a itu sudah melekat di setiap kaum Muslimin, baik kalangan tua ataupun muda, namun sampai sejauh manakah pemahaman dan pengetahuan terhadap makna yang terkandung dalam do'a itu. Do'a yang sering Rasul ucapkan itu adalah sebagaima-na dinyatakan oleh Anas bin Malik.
Anas berkata : kebanyakan do’a Rosulullah Saw. Adalah : Ya Rabbana, berikanlah kepada kami di dunia ini kebaikan dan di akhirat nanti kebaikan dan jagalah kami dari adzab api neraka.

(H.R. Mutafaqalaihi)

Ada dua hasanah (Kebaikan) yang Rosul minta dari rangkaian Hadits di atas, yaitu hasanah di dunia dan hasanah di akhirat, yang sudah barang tentu dua kata yang sama ini mempunyai makna yang berbeda. Dalam kaitannya dengan do’a ini, ternyata para ahli tafsir Hadits menjelaskan bahwa makna yang terkandung dalam kalimat fiddun-ya’ hasanah (kebaikan di dunia) paling tidak mengandung enam unsur di antaranya: 

1.       Al-afiyah, kita sering mendengar bahkan mungkin kita sering mengatakan kata-kata al-afiyah yang di rangkaikan dengan kata-kata sehat (ash-shihhah) namun kadang-kadang kita lupa, atau mungkin tidak tahu apa yang dimaksud al-afiyah. Yang dimaksud dengan al-afiyah itu adalah kenikmatan dan kesehatan yang tidak digunakan kecuali dalam hal yang allah ridlai / karena tidak jarang orang yang sehat , namun tidak al-afiyah, lidahnya sehat namun ucapannya tidak al-afiyah, hatinya sehat namun niatnya tidak al-afiyah, bahkan nyatanya kerusakan-kerusakan yang ada itu dilakukan orang-orang yang sehat tapi tidak al-afiyah.
2.      Al – kafaf, merasa cukup dengan rezeki yang telah Allah berikan kepada kita, hati tak mengeluh walau keadaan hidup pas-pasan. Seandainya orang mengikuti hawa nafsu, tidak akan ada orang yang merasa puas sebagai mana sabda Rosul:



Seaindainya seorang manuasia memiliki satu lembah emas, niscaya dia akan menginginkan dua lembah emas, dan seandainya dia diberi 2 lembah emas, niscaya dia mengharapkan yang ketiga. Tiada sesuatu yang akan memenuhi perut manusia selain tanah. Allah akan menerima taubat orang yang bertaubat    (H.R. Al-Bazzar)


Untuk memiliki perasaan  al-kafaf di dalam jiwa, Rosullah saw. Menyampaikan pesan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: 


Abi hurairah r.a berkata “telah bersabda Rosulullah saw. : lihatlah oleh kalian orang yang lebih rendah daripada kalian dan janganlah melihat orang di atas kalian, itu adalah lebih baik agar kalian tidak melupakan dan menyia-nyiakan nikmat Allah terhadap Kalian.”
                                                                                                (H.R. Mutafaq ‘Alaih)

Perasaan al-kafaf  inilah yang akan  mendorong  hati manusia untuk bersyukur kepada Allah atas  nikmat dan anugerah.Nya yang dibenarkan kepada kita. Jika kita sudah mampu bersyukur atas nikmat dan Allah. maka Allah Lelah menjanjikan akan menambah kenimatan kepada kita, sebagamana firman.Nya: 
                                                                                              
Jika kalian bersyukur pasti aku tambah (kenikmatan) kepoada kalian, namun jika kalian kufur (terhadap kenikmatan). Sesungguhnya siksaan-ku sangat keras (Q.S. 14 Ibrahim: 7)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa yang harus bersyukur bukan hanya orang yang berkedudukan tìnggi dan berharta banyak, tapi semua manusia diharuskan bersyukur, karena semua manusia mendapatkan dan menerima kenikmatan dan Allah walaupun kadarnya tidak sama. Bahkan sering kali orang kecil lebih banyak menikmati kenikmatan dibanding orang kaya. Mereka dapat merasakan nyenyaknya tidur, waaupun hanya di atas sehelai tikar, namun tak jarang orang yang kaya, tak dapat tidur walaupun dengan fasilitas yang mewah. Kalau sebelumnya tidak minum obat tidur.
karena itu kenikmatan akan terasa sempurna jika kita bersyukur, dan syukur itu hanya akan ada pada orang  yang hatinya merasa al-kafaf

1.      Al –mar’atush shalihah, Istri atau pasangan yang saleh unsur ketiga yang ada di dalam fiddu-ya hasanah adalah istri yang salehah, karena istri yang salehah inilah satu-satunya perhiasan dunia yang paling indah. Sabda Rosullah saw.
Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah istri yang salehah.
(Hr. Muslim)

Istri yang salehah inilah yang akan mampu menciptakan rumah bagaikan surga, yang akan dapat menjadi pendamping bagi suami dan menjadi pembimbing anak-anaknya, sekaligus menjadi pendidik yang akan membentuk  kepribadian anak. Pada telapak kaki merekalah adanya surga.

1.      Yang terkandung dalam kalimat fiddun-ya hasanah itu adalah al-auladul abrar  yang artinya ialah anak atau keturunan yang baik dalam arti yang saleh yang dapat diandalkan doanya di saat orang tuanya membutuhkan doanya. yang akan didengar dan dikabulkan oleh Allah saw. lantaran kesalehannya sebagaimana sabda Rasul dalam sebuah Hadits:
Apabila mati anak adam(manusia) maka putuslah semua amalnya kecuali tiga hal : shadaqah Jariah, ilmu yang  bermanfaat, dan anak saleh yang mendo’akan kepadanya. 
(Hr. Muttaqalaih)


Dalam hadits di atas ada kalimat waladin shalih artinya anak yang saleh di akan mendpat kedudukan  yang sangat tinggi sehingga dapat mengangkat derajat orang tuanya dengan doa dia. Sebagaimana dikemukankan dalam sebuah Hadits : 

Abi Hurairah r.a. mengemukakan bahwasannya Rosullah saw. Bersabda : “sesungguhnya Allah benar-benar akan mengangkat (derajat) hamba yang saleh di dalam surga “ Berkata seseorang : “ya Rabbi dari manakah kenikmatan ini” Allah berfirman : “Lantaran permintaan anakmu untukmu.” (Hr. Ahmad)


Hadits itu menunjukkan betapa besarnya potensi anak yang saleh untuk menyelamatkan orang tuanya, yang tentunya orang tuanya pun harus mempunyai dasar keimanan dan tauhid yang akan mempersatukan mereka. baik di dunia maupun di akhirat kelak. Firman Allah dalam al-Quran:
ody> font-family:"Times New Roman","serif"; mso-ascii-theme-font:major-bidi;mso-hansi-theme-font:major-bidi;mso-bidi-theme-font: major-bidi;mso-ansi-language:IN'>Dalam hadits di atas ada kalimat waladin shalih artinya anak yang saleh di akan mendpat kedudukan  yang sangat tinggi sehingga dapat mengangkat derajat orang tuanya dengan doa dia. Sebagaimana dikemukankan dalam sebuah Hadits :
Orang-orang yang beriman dan diikuti oleh keturunannya dengan keimanan, maka kami akan pertemukan mereka dengan keturunannya..
                                                                                    (Q.S. 52 at-Thur:21)



Karena itu pada dasarnya kasih sayang orang tua yang hakiki, adalah menanamkan akidah dalam diri anak-anaknya, karena memang itulah yang akan dapat mempersatukan mereka baik di dunia maupun di akhirat.


1.      Yang kelima, yang terkandung daam kalimat fiddunya hasanah itu adalah al-mulus shalih  artinya harta yang bersih. Yang dimaksud adalah bersih dan yang haram. karena harta yang haram walaupun banyak. Tidak akan dapat menyelamatkan pemiliknya, justru sebaliknya, sernakin banyak harta yang haram, semakin menjauhkan dia dan keselamatan Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram maka api nerakalah yang lebih pantas baginya. (Hr. Ahmad)

Makanan Itu sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seseorang di dalam kehidupannya dan di akhirat nanti allah akan bertanya kepada anak adam mengenai hartanya, dari mana dia mendapatkannya dan bagaimana mempergunakannya.

1.      Dan yang keenam makna fiddun-ya hasanah itu adalah al-ilmu wal ma’rifah yaitu ilmu dan ma’arifat, baik pengalaman maupun kemampuan untuk mengamalkan ilmu yang didapat agar menjadi ilmu yang bermanfaat, bukan menjadi ilmu yang hanya sekedar pengetahuan. Rosulullah saw. 
    Siapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah amalnya, maka tidaklah pertambahannya itu selain bertambah jauh dari allah. (Hr. Abdailami, Ibnu Hiban)


            Yang dimaksud fil-akhirati hasanah adalah jannatun na’im surga yang penuh dengan kenikmatan. Sebenarnya fil akhirati hasanah itu tidak akan didapat jika orang tidak memiliki fiddun-ya hasanah. Karena itu fiddun-ya hasanah adalah sarana untuk mencapai hasanah akhirat nanti, paling tidak harus memiliki:
Kemudian jika yang empat ini tidaik memadai maka sebagai Penunjang dan pelengkap adalah doa al-auladul abrar (anak dan keturunan yang saleh), dan doa al-mar atush shalihah (istri yang saleh) karena kedua orang ini akan, sangat didengar oleh Allah swt

Kemudian do’a itu diakhiri dengan wa qina adzabannar yaitu berlindung kepada Allah dan siksaan api neraka Jika semuanya terpenuhi maka lengkaplah semua kebutuhan hidup, baik di duma ataupun di akhirat. 

Sekian khotbah yang bisa saya sampaikan lewat blog ini semoga khotbah ini bisa bermanfaat dan berguna untuk mengisi khotbah  pada hari jumat, bila ada salah dalam penulisan pada khotbah saya meminta maaf yang sebesar-besarnya terima kasih
Assalamualaikum wr. wb



0 komentar

Post a Comment